Assalamu'alaikum warahmatullah wabarokatuh
Lama tak bersua teman-teman. Aku yang terlalu sombong untuk berbagi kisah atau memang dunia sedang enggan membagi telinganya untuk mendengarkanku?
:')
Aht tidak juga. Aku saja yang terlalu banyak ber-persepsi buruk dengan takdir. Hari ini Allah benar-benar memberi pelajaran berharga, meski aku harus merasa sakit, tapi tak apa karena mungkin Allah sudah berusaha memberi pelajaran dengan cara halus tapi aku tak sadar.
Ini bukan tetang cicak yang hampir setiap hari aku tuding-tuding sebagai tersangka karena buang kotoran di lantai atau dinding.
Ini bukan tentang matahari yang teriknya selalu aku keluhkan karena menusuk ubun-ubun.
Dan ini juga bukan tentang hujan yang terkadang aku kutuk karena ia datang tiba-tiba membasahi jemuranku yang hampir kering.
hhhhffftttt........ :(
Ini tentang diriku sendiri yang terlalu berprangsaka buruk pada takdir yang tiba-tiba berputar 180 derajat.
Aku bukan satu-satunya manusia yang akan protes lalu menyalahkan keadaan yang tidak sesuai dengan rencana kita. Tapi semakin aku banyak protes semakin aku merasa lelah dan jauh dari kata selesai. Tidak ada kata ikhlas ataupun lapang dada. SESAK!
Setelah seharian penuh berkutat dengan banyak pertanyaan pada Tuhan malam ini Allah menjawabnya. Lewat seorang penjual sambal pecel yang datang dari daerah Wates. Dia bukan penjual biasa, bukan penjual sambel pecel yang tiap hari nangkring di depan sekolah. Bukan juga penjual pecel yang biasa aku temui di pasar. Dia orang baru, datang dengan sekotak dagangannya, berjalan ke arah masjid lalu bertanya kepada ibu-ibu yang siap menjalankan shalat taraweh.
"Bu saya pengen shalat taraweh tapi nggak punya sarung." katanya dengan wajah sayu
Rasa iba seketika menggumpal seperti bunga kapas yang siap panen.
"Kamu dari mana? jualan apa ini?"
Usut diusut dia seorang anak yang..... hhmmm kira-kira berusia 10 th, dia berjualan sambel pecel demi menghidupi diri sendiri dan neneknya.
Orang tuanya ???
Orang tuanya pergi entah kemana, lupa bahwa mereka masih memiliki amanah dari Allah seorang anak yang tangguh dan tidak banyak mengeluh pada keadaan.
Ia tidak gentar, meski wajahnya tampak sayu tapi ia masih tetap bersemangat untuk ibadah dengan segala kekurangannya.
Lalu aku???
Aku hanya bisa menatap kaku dan malu. Aku memang penuh keterbatasan, tapi aku lebih beruntung darinya. Sekolah mapan, orang tua yang semangat demi pendidikan anak-anaknya, badan dan akal yang normal.
Terus kenapa aku terus mengutuki keadaan? Menyalahkan hujan yang membasahi jemuranku, menyalahkan matahari yang teriknya panas sekali, dan menghujat cicak yang tak paham bagaimana cara buang kotoran di toilet.
Tolol -_-
Benar aku sedang dirundung duka. Keadaan sedang tidak baik di tengah-tengah rumah kami, mencari pembelaan terhadap diri sendiri. Salah apa? dosa apa di tengah ramadhan ini?
hhhmmmmm.....
Inilah jawabannya, Allah sedang mengajak ku berjalan melihat dunia tidak hanya dari atas, tapi juga dari bawah. Bahkan saat di bawahpun Allah masih mengajak untuk memandang ke bawah lagi. Belajar tentang rasa syukur dan kerja keras untuk mengayuh hidup kembali ke atas.
Guys....,
aku tidak berniat menggurui disini.Aku pun masih belajar tentang pahit manisnya hidup.
Tapi apapun yang terjadi pada diri kalian, jangan tiru ulah aku -yang di usia menginjak 20 tahun- masih gemar mengutuk keadaan. Mencari alasan dan pembelaan terhadap diri sendiri atas buruknya keadaan.
Tetaplah berusaha menghadapi dunia dengan sahaja :)
Semoga ALLAH selalu melimpahkan rahmatnya dan melapangkan rejeki kita
Amiin ya rabbal 'alamiin
Lama tak bersua teman-teman. Aku yang terlalu sombong untuk berbagi kisah atau memang dunia sedang enggan membagi telinganya untuk mendengarkanku?
:')
Aht tidak juga. Aku saja yang terlalu banyak ber-persepsi buruk dengan takdir. Hari ini Allah benar-benar memberi pelajaran berharga, meski aku harus merasa sakit, tapi tak apa karena mungkin Allah sudah berusaha memberi pelajaran dengan cara halus tapi aku tak sadar.
Ini bukan tetang cicak yang hampir setiap hari aku tuding-tuding sebagai tersangka karena buang kotoran di lantai atau dinding.
Ini bukan tentang matahari yang teriknya selalu aku keluhkan karena menusuk ubun-ubun.
Dan ini juga bukan tentang hujan yang terkadang aku kutuk karena ia datang tiba-tiba membasahi jemuranku yang hampir kering.
hhhhffftttt........ :(
Ini tentang diriku sendiri yang terlalu berprangsaka buruk pada takdir yang tiba-tiba berputar 180 derajat.
Aku bukan satu-satunya manusia yang akan protes lalu menyalahkan keadaan yang tidak sesuai dengan rencana kita. Tapi semakin aku banyak protes semakin aku merasa lelah dan jauh dari kata selesai. Tidak ada kata ikhlas ataupun lapang dada. SESAK!
Setelah seharian penuh berkutat dengan banyak pertanyaan pada Tuhan malam ini Allah menjawabnya. Lewat seorang penjual sambal pecel yang datang dari daerah Wates. Dia bukan penjual biasa, bukan penjual sambel pecel yang tiap hari nangkring di depan sekolah. Bukan juga penjual pecel yang biasa aku temui di pasar. Dia orang baru, datang dengan sekotak dagangannya, berjalan ke arah masjid lalu bertanya kepada ibu-ibu yang siap menjalankan shalat taraweh.
"Bu saya pengen shalat taraweh tapi nggak punya sarung." katanya dengan wajah sayu
Rasa iba seketika menggumpal seperti bunga kapas yang siap panen.
"Kamu dari mana? jualan apa ini?"
Usut diusut dia seorang anak yang..... hhmmm kira-kira berusia 10 th, dia berjualan sambel pecel demi menghidupi diri sendiri dan neneknya.
Orang tuanya ???
Orang tuanya pergi entah kemana, lupa bahwa mereka masih memiliki amanah dari Allah seorang anak yang tangguh dan tidak banyak mengeluh pada keadaan.
Ia tidak gentar, meski wajahnya tampak sayu tapi ia masih tetap bersemangat untuk ibadah dengan segala kekurangannya.
Lalu aku???
Aku hanya bisa menatap kaku dan malu. Aku memang penuh keterbatasan, tapi aku lebih beruntung darinya. Sekolah mapan, orang tua yang semangat demi pendidikan anak-anaknya, badan dan akal yang normal.
Terus kenapa aku terus mengutuki keadaan? Menyalahkan hujan yang membasahi jemuranku, menyalahkan matahari yang teriknya panas sekali, dan menghujat cicak yang tak paham bagaimana cara buang kotoran di toilet.
Tolol -_-
Benar aku sedang dirundung duka. Keadaan sedang tidak baik di tengah-tengah rumah kami, mencari pembelaan terhadap diri sendiri. Salah apa? dosa apa di tengah ramadhan ini?
hhhmmmmm.....
Inilah jawabannya, Allah sedang mengajak ku berjalan melihat dunia tidak hanya dari atas, tapi juga dari bawah. Bahkan saat di bawahpun Allah masih mengajak untuk memandang ke bawah lagi. Belajar tentang rasa syukur dan kerja keras untuk mengayuh hidup kembali ke atas.
Guys....,
aku tidak berniat menggurui disini.Aku pun masih belajar tentang pahit manisnya hidup.
Tapi apapun yang terjadi pada diri kalian, jangan tiru ulah aku -yang di usia menginjak 20 tahun- masih gemar mengutuk keadaan. Mencari alasan dan pembelaan terhadap diri sendiri atas buruknya keadaan.
Tetaplah berusaha menghadapi dunia dengan sahaja :)
Semoga ALLAH selalu melimpahkan rahmatnya dan melapangkan rejeki kita
Amiin ya rabbal 'alamiin