Ada sebuah perbincangan menarik yang membuat ku berfikir ulang tentang kodratku sebagai wanita :)
"Eh nduk, besok kalau cari suami yang pinter yaa, biar keturunanmu juga pinter."
Aku hanya mengiyakan kata-kata tersebut dan membenarkan tanpa mengkaji lebih lanjut. Suatu hari di sebuah majelis aku menjadi moderator dari materi yang dibawakan oleh mbak Sherly dengan tema "Menjadi Muslimah Prestatif"
Diskusi tentang muslimah berjalan cukup menarik, dan sebuah pertanyaan yang dilontarkan mbak Sherly sendiri membuat penasaran.
"Menjadi wanita menuntut ilmu tinggi tapi ujung-ujungnya diminta suami tidak bekerja dan mengurus anak di rumah. Lalu apa gunanya ilmu yang kita kejar selama ini?"
Wow....,
Pertanyaan yang menantang, tapi mbak Sherly menjawab pertanyaannya dengan bijak. Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Tidak ada satupun ilmu di dunia ini yang sia-sia, Ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Lalu kenapa wanita harus tetap belajar meski ia tidak bekerja nantinya?
Karena wanita dalah calon ibu dan ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Jika kita sebagai wanita tidak cerdas bagaimana kita akan mencerdaskan anak-anak kita nantinya :)
Jika kita tidak mau belajar bagaimana mungkin kita mampu mengajari anak-anak kita dengan baik.
Banyak artikel yang menjelaskan bahwa kecerdasan itu diturunkan dari ibu bukan ayah. Sedangkan peringai / perilaku itu banyak dipengaruhi oleh ayah. Meski lingkungan dan nutrisi, juga sangat mempengaruhi perkembangan anak itu sendiri.
"Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq", ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.
Jadi bukankah wajar jika wanita adalah tiang sebuah negara. Sebab wanitalah yang pertama kali bertanggung jawab mencerdaskan generasi berikutnya. Sebab wanitalah yang pertama kali mendidik dan membantu anak-anaknya membedakan mana yang haq dan mana yang batil.
Lalu bagaimana dengan Ayah?
Ia lah yang akan membentuk perilaku anak-anaknya. Ayah adalah orang yang pertama bertanggung jawab membentuk karakter diri anaknya. Jadi apakah kalian para lelaki sudah mampu bertanggung jawab dan menyiapkan diri kalian menjadi ayah yang berkarakter?
Kesimpulannya adalah, daripada aku sibuk menunggu dan mencari laki-laki yang pintar, lebih baik jika aku mencerdaskan diriku sendiri sekarang. Menyuplai ilmu ke dalam diri yang masih belum ada apa-apanya ini. Cerdas tidak dilihat dari seberapa banyak nilai 9 di rapor mu, bukan seberapa tinggi nilai IP mu, tapi cerdas itu seberapa banyak aset ilmu yang kamu miliki dan bisa kamu realisasikan di kehidupan nyata.
Lalu Apa kita masih merasa rendah sebagai wanita? Wanita itu spesial, ia bisa bekerja 18 jam sehari, mengurus anak-anaknya dalam waktu yang bersamaan, kedua tangan kita punya kekuatan menyembuhkan sakit di hati, wajah kita mempesona kaum lelaki, air mata kita adalah ekspresi bahagia, sedih dan galau, walau tampak rapuh tapi kita bisa menyimpan segala duka sendiri agar tidak menyulitkan orang lain. Tentunya kita juga yang akan membesarkan anak-anak kita, mengajari mereka mengaji, membaca buku, dan menulis. Hanya saja wanita punya kelemahan yang besar yaitu kita lupa betapa berharga nya diri kita :')
Jadi marilah kita tuntut ilmu sebanyak-banyaknya, jangan malas belajar, tidak ada ilmu yang sia-sia, karena aku, kamu, kita adalah wanita hebat yang akan membangun kekuatan generasi selanjutnya.
Dan untuk calon anak-anakku kelak, semoga ilmu yang aku cari sekarang akan berguna untuk kalian nantinya.
:')
Ya Allah yang Maha Memiliki segala sesuatu, Yang Maha Mengusai semua Ilmu, bimbinglah kami untuk istiqomah di jalan mu, dan berikanlah kami ilmu yang bermanfaat.
Amiin ya rabbal'alamin
"Eh nduk, besok kalau cari suami yang pinter yaa, biar keturunanmu juga pinter."
Aku hanya mengiyakan kata-kata tersebut dan membenarkan tanpa mengkaji lebih lanjut. Suatu hari di sebuah majelis aku menjadi moderator dari materi yang dibawakan oleh mbak Sherly dengan tema "Menjadi Muslimah Prestatif"
Diskusi tentang muslimah berjalan cukup menarik, dan sebuah pertanyaan yang dilontarkan mbak Sherly sendiri membuat penasaran.
"Menjadi wanita menuntut ilmu tinggi tapi ujung-ujungnya diminta suami tidak bekerja dan mengurus anak di rumah. Lalu apa gunanya ilmu yang kita kejar selama ini?"
Wow....,
Pertanyaan yang menantang, tapi mbak Sherly menjawab pertanyaannya dengan bijak. Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Tidak ada satupun ilmu di dunia ini yang sia-sia, Ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Lalu kenapa wanita harus tetap belajar meski ia tidak bekerja nantinya?
Karena wanita dalah calon ibu dan ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Jika kita sebagai wanita tidak cerdas bagaimana kita akan mencerdaskan anak-anak kita nantinya :)
Jika kita tidak mau belajar bagaimana mungkin kita mampu mengajari anak-anak kita dengan baik.
Banyak artikel yang menjelaskan bahwa kecerdasan itu diturunkan dari ibu bukan ayah. Sedangkan peringai / perilaku itu banyak dipengaruhi oleh ayah. Meski lingkungan dan nutrisi, juga sangat mempengaruhi perkembangan anak itu sendiri.
"Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq", ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.
Jadi bukankah wajar jika wanita adalah tiang sebuah negara. Sebab wanitalah yang pertama kali bertanggung jawab mencerdaskan generasi berikutnya. Sebab wanitalah yang pertama kali mendidik dan membantu anak-anaknya membedakan mana yang haq dan mana yang batil.
Lalu bagaimana dengan Ayah?
Ia lah yang akan membentuk perilaku anak-anaknya. Ayah adalah orang yang pertama bertanggung jawab membentuk karakter diri anaknya. Jadi apakah kalian para lelaki sudah mampu bertanggung jawab dan menyiapkan diri kalian menjadi ayah yang berkarakter?
Kesimpulannya adalah, daripada aku sibuk menunggu dan mencari laki-laki yang pintar, lebih baik jika aku mencerdaskan diriku sendiri sekarang. Menyuplai ilmu ke dalam diri yang masih belum ada apa-apanya ini. Cerdas tidak dilihat dari seberapa banyak nilai 9 di rapor mu, bukan seberapa tinggi nilai IP mu, tapi cerdas itu seberapa banyak aset ilmu yang kamu miliki dan bisa kamu realisasikan di kehidupan nyata.
Lalu Apa kita masih merasa rendah sebagai wanita? Wanita itu spesial, ia bisa bekerja 18 jam sehari, mengurus anak-anaknya dalam waktu yang bersamaan, kedua tangan kita punya kekuatan menyembuhkan sakit di hati, wajah kita mempesona kaum lelaki, air mata kita adalah ekspresi bahagia, sedih dan galau, walau tampak rapuh tapi kita bisa menyimpan segala duka sendiri agar tidak menyulitkan orang lain. Tentunya kita juga yang akan membesarkan anak-anak kita, mengajari mereka mengaji, membaca buku, dan menulis. Hanya saja wanita punya kelemahan yang besar yaitu kita lupa betapa berharga nya diri kita :')
Jadi marilah kita tuntut ilmu sebanyak-banyaknya, jangan malas belajar, tidak ada ilmu yang sia-sia, karena aku, kamu, kita adalah wanita hebat yang akan membangun kekuatan generasi selanjutnya.
Dan untuk calon anak-anakku kelak, semoga ilmu yang aku cari sekarang akan berguna untuk kalian nantinya.
:')
Ya Allah yang Maha Memiliki segala sesuatu, Yang Maha Mengusai semua Ilmu, bimbinglah kami untuk istiqomah di jalan mu, dan berikanlah kami ilmu yang bermanfaat.
Amiin ya rabbal'alamin