Dhien
Mencium bau rusuh di atap kamar kos. Entah kucing atau tikus yang bercengkrama merobek sunyi. LELAH. Perut dan pikiran tidak bisa diajak kompromi, pening meremas otot-otot kepala. Andaikata selera hati sedang tidak seburuk ini mungkin pertengkaran tidak akan terjadi.

Sekilas aku ingat sebuah kata-kata menarik yang terlontar kepadaku dari seorang teman sebelum pertengkaran ini.
"Dewasa itu pilihan tapi Geje itu cuma sekali."
*Geje= gag jelas

Tanpa banyak berpikir aku hanya mengangguk mengiyakan ucapannya. Akan tetapi sepanjang perjalanan pulang aku berpikir ulang tentang arti kedewasaan. Menurutku "Dewasa itu cuma sekali dan geje itu pilihan."
Kamu bisa menjadi dewasa jika kamu mau, kapanpun juga, tapi menjadi geje juga bisa kamu lakukan kapanpun juga meski kamu telah dewasa. Aku bukan orang yang menggurui arti sebuah kedewasaan kepada kalian. Aku hanya ingin berbagi bahwa aku sendiri sedang dalam proses menuju dewasa dengan segala keterbatasan dan emosiku. Yang aku tahu aku mengizinkan diriku untuk mendewasakan diri meski sulit, aku tetap bisa geje, bertingkah aneh tanpa mengurangi langkahku untuk dewasa. Asalkan ke-geje-an ku tidak mengganggu orang lain.
19 tahun usia yang seharusnya aku bisa lebih bijak menyikapi perselisihan justru ku habiskan dengan banyak hal yang kurang bermanfaat. 19 tahun usia yang cukup untuk aku lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Tidak boleh egois, tidak boleh menomersatukan kesenangan pribadi, harus lebih perhatian sama orang lain :)

Sometimes....
Dewasa itu seperti ilalang, yang tak pernah berbohong pada angin. Jika angin berlari ke timur maka ia juga akan menoleh ke timur. Ibaratnya ketika keadaan membuat hati kita terluka atau bahagia maka yang kita ekspresikan juga sama. Karena menurutku dewasa itu bukan sok-sokan kuat ketika kamu terpuruk, bukan sok-sokan bahagia saat kamu sedih. Tapi dewasa itu mengakui keadaan kita apapun itu dan menghadapinya sampai selesai :)

Dewasa itu seperti ilalang, yang tidak pernah mengeluh pada angin meski angin selalu membuatnya goyah. Maka aku belajar dari ilalang untuk tidak banyak mengeluh pada hidup, tidak boleh banyak meminta jika tidak banyak memberi. Saat masalah dan kekecewaan membuat ku terluka, Segera aku harus menguatkan hati agar tidak jatuh. Dan yang penting, tanganku harus lebih banyak berbuat daripada mulutku :'D #semangat


Dewasa itu seperti ilalang, yang tumbuh meninggi walau batangnya tidak berkayu. Seperti kita yang harus terus hidup dan menghadapi masa depan. Meski kita banyak mendapat persoalan yang mengusik tapi bukan berarti kita mudah rapuh menghadapi masalah. Tahukah kalian bahwa kita lebih kuat yang kita pikirkan. =")

Kesimpulannya bukan ilalang yang akan mendewasakan kita, tapi diri kita sendiri lah yang mengizinkan kapan kita akan mengambil langkah menuju kedewasaan. Ingat yaaa, menjadi dewasa bukan berarti kita tidak boleh bersikap seperti anak kecil. Kadang kita boleh bersikap geje untuk merasakan bahagianya menjadi bebas tanpa beban asal caranya tidak dengan tertawa di atas kesedihan orang lain.




0 Responses

Post a Comment