Dhien
Kemarin tanggal 14 April 2013 kementrian Kominfo BEM ITS mengadakan seminar kepenulisan "POSEIDON 2013". Pembicara seminarnya cukup menarik perhatian yaitu Tere-liye si penulis buku "Rembulan Tenggelam di Wajahmu" yang terkenal dengan tulisannya yang menginspirasi banyak orang. Sedangkan pembicara kedua adalah Mas Satria Nova, seorang alumni ITS yang sukses menerbitkan 16 buku semenjak masih mengenyam bangku kuliah.

Kali ini aku ingin share ilmu yang aku dapat dari seminar di atas. Alhamdulillah..., banyak sekali yang menggugah hati setelah mendengar seminar dari mas Satria sama Bang Tere. Aku rangkum secara umum aja yaaa...
     1. Menulis agar menarik mulailah dari sudut pandang yang berbeda. Misal kita diberikan satu ide paragraf yaitu "HITAM" kebanyakan orang akan berpikir bahwa hitam adalah warna ... bla bla bla. Tapi coba baca contoh yang satu ini
     "Hitam selalu datang terlambat. Hitam selalu terlambat ke pasar. Hitam selalu terlambat ke sekolah. Dan teman-temannya mulai enggan bersamanya. Maka mereka memutuskan meninggalkan  Hitam untuk naik ke langit. Mulai hari itulah pelangi tidak ada yang bewarna hitam."
Sudah jelas kan bagaimana melihat tulisan dari sudut pandang yang berbeda?
     2. Penulis harus punya aset. Aset ini bisa kita dapat dari pengamatan ataupun observasi. Salah satu aset yang sangat penting dimiliki oleh penulis yaitu kosakata. Coba saja cek berapa banyak sinonim kata untuk "Benci" contoh "bete, geram, dongkol, gregetan, sebal, pedar, dll" bisa saja kan kita gunakan kata-kata selain benci utnuk mengutarakan "maksud ketidaksukaan"
contoh yang lain sinomin lata "Lalu" bisa kita ganti dengan "Selanjutnya, lantas, kemudian, sesudah itu, berikut, dll"
      3. MEMBACA.
        Ini yang sering kita lupakan. Bagaimana kita bisa menulis dengan baik jika kita tidak pernah membaca. Dari mana kita tahu tulisan yang lulus seleksi penerbit jika kita tidak pernah membaca contoh-contoh tulisan yang telah berhasil diterbitkan. Jangan malas untuk membaca ya teman-teman :)

     Dahulu saat aku punya cita-cita besar menjadi seorang penulis orientasiku hanyalah pada materi, kesuksesan, nama besar, tapi aku lupa bahwa sesungguhnya hakikat menulis adalah memberi bukan mengharap yang lain.
     Dalam hal ini Bang Tere bercerita tentang seorang ibu rumah tangga yang selalu mengleuh terhadap keterbatasan dirinya. Ibu rumah tangga identik dengan kegiatan mengurus rumah, anak, masak, tapi tidak bisa berkembang kemana-mana. Maka dari itu Bang Tere memberikan analaogi tentang 3 sahabat yaitu burung pipit, penyu dan pohon kelapa.
     Ketiga sahabat ini hidup di sebuh pulau yang terhampar di hadapan samudra. Ketiganya saling berbagi cerita tentang pengalaman mereka selama berkelana beberapa tahun terakhir. Si burung pipit dengan antusiasnya bercerita bahwa ia telah terbang mengelilingi samudra, melihat sawah, gedung-gedung tinggi dan berbagai tempat menakjupkan. Kedua sahabatnya yang lain berdecak kagum dengan kisahnya. Selanjutnya giliran Si Penyu yang bercerita. Ia dengungkan betapa hebat dan gagah peradaban manusia saat ini. gedung-gedung pencakar langit tampak dari pesisir. Bahkan penyu mampu mengelilingi samudra tiap siklusnya untuk bertelur dan berkembang biak. Kisahnya semakin membuat kedua temannya kagum.
     Terakhir adalah Si Pohon Kelapa. Kemana ia pergi beberapa tahun terakhir ini? Si Pohon kelapa pun bingung bagaimana harus bercerita. Karena ia adalah tumbuhan, hidupnya menetap di pinggir pantai menyaksikan matahari menyapa hingga ia terbenam. Si burung pipit dan penyu terus merayu pohon kelapa untuk menceritakan kisahnya. Akhirnya si pohon kelapa menunjukan bahwa buah buah yang ia hasilkan jatuh, terbawa arus laut, berkelana menyusuri samudra, terdampar, dan akhirnya dari buah itu tumbuh tunas lalu tumbuhlah pohon-pohon kelapa baru di pantai seberang. Ia mungkin tidak pernah bergerak dari tempatnya tapi hasil buahnya berkalana ke penjuru dunia untuk menjadi pohon-pohon baru yang bermanfaat dari akar sampai daun.
    Burung pipit dan penyu sungguh kagum dengan Si Pohon kelapa. Ternyata pohon kelapa di pulau nan jauh di sana adalah hasil dari buah temannya ini.

Dari analogi di atas dapat dikaitkan bahwa, siapa bilang hidup kita hanya di situ-situ saja? Bahkan ibu rumah tangga pun mampu memberikan banyak manfaat untuk orang lain dengan berbagai cara. Mengajari banyak hal, menulis buku, dan lain sebagainya.

    Lalu apa seh hakikat menulis ?
    Kata Bang Tere dan Mas Satrio, Menulis itu adalah menabung. Artinya menabung kebaikan. Sebuah tulisan kita mungkin tidak banyak dibaca orang, tapi bisa bermanfaat untuk individu lain. Bayangkan jika kita menulis di laman blog, sebuah tulisan saja dan ternyata ada orang yang terinspirasi dengan tulisan kita. Lalu orang yang terinspirasi itu lantas ikut menulis dan bermanfaat untuk yang lain pula, begitu seterusnya. Bayangkan saja berapa banyak amal jariyah yang akan kita peroleh.
     Uang, materi, nama besar, itu hanyalah bonus dari Allah atas kebaikan yang kita berikan.
Tak usah pedulikan orang menganggap kamu alay karena menulis. Hidupmu adalah Hidupmu. Selama kamu bahagia dengan menulis, selama kamu yakin bahwa tulisanmu bermanfaat untuk orang lain maka teruskanlah !!
     Karena aku juga akan begitu. Orang boleh mencemooh aku dengan tulisan-tulisan ini tapi aku yakin mungkin suatu hari akan ada yang membaca tulisanku ini lalu terinspirasi untuk memulai menulis dan berbagi kebaikan :)
0 Responses

Post a Comment